Mentari masih hangat mendekap
rona kilau menutup wajah langit
angin mengibaskan jubah
menghempas tirai penutup sendu
Dentungan itu masih terdengar
semakin jelas ia mengejar
sesak, mengeja waktu yang tersisa
tersengal di jembatan penantian asa
Kulamat dengan pandang
keluar dari bilik waktu
saat tubuh dihujam seribu tanya
untuk setiap langkah yang terjejak
Hujan, turunlah
Luluhkan hati yang membeku di alam fana
saat adam mencari rusuknya
maka hawa hanya mentahtakan rasa
lalu, perih bercumbu dengan sepi
membawaku terlilit rantai penat
sendu dan pilu beradu
musnahkan terang yang pernah tercipta
tahukah kau ? bingkai gambarnya masih terpajang kokoh
di dinding hati yang terpasung.. acuh
dalam angkasa pikiran terbayang
akan beribu kata yang melayangMentari masih hangat mendekap
rona kilau menutup wajah langit
angin mengibaskan jubah
menghempas tirai penutup sendu
Dentungan itu masih terdengar
semakin jelas ia mengejar
sesak, mengeja waktu yang tersisa
tersengal di jembatan penantian asa
Kulamat dengan pandang
keluar dari bilik waktu
saat tubuh dihujam seribu tanya
untuk setiap langkah yang terjejak
Hujan, turunlah
Luluhkan hati yang membeku di alam fana
saat adam mencari rusuknya
maka hawa hanya mentahtakan rasa
lalu, perih bercumbu dengan sepi
membawaku terlilit rantai penat
sendu dan pilu beradu
musnahkan terang yang pernah tercipta
tahukah kau ? bingkai gambarnya masih terpajang kokoh
di dinding hati yang terpasung.. acuh
dalam angkasa pikiran terbayang
akan beribu kata yang melayang