Senin, 27 April 2015

Zoologi Invertebrata Filum Protozoa Kelas "Suctoria"

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ciliophora merupakan protozoa yang memiliki silia sebagai alat geraknya. Protozoa merupakan binatang yang paling banyak di dunia. Ciliophora, disebut juga Ciliata, berperan sebagai konsumen bakteri (Prokaryotes). Dimana bakteri memainkan peranan penting dalam menjaga bumi sebagai tempat yang cocok untuk tempat tinggal dan protozoa memainkan peranan penting dalam mengendalikannya. Istilah Protozoa berasal dari bahasa Yunani, yaitu protos berarti pertama dan zoon berarti hewan. Sesuai dengan klasifikasi, Protozoa termasuk Protista yang menyerupai hewan. Kelompok ini mulanya “dibentuk” untuk mengelompokan organisme yang bukan tumbuhan dan bukan hewan. Itulah sebabnya Protozoa disebut organisme seperti hewan (animal like).
Sebagian besar Protozoa uniseluler memiliki ukuran tubuh antara (2--1.000) μm, protozoa termasuk eukariot. Biasanya hidup di dalam air, namun ada juga yang ditemukan di dalam tanah bahkan di dalam tubuh organisme lain sebagai parasit. Di perairan laut ataupun air tawar, Protozoa berperan sebagai zooplankton. Ciliata atau Infusoria merupakan kelompok terbesar di Protozoa, di mana anggotanya sekitar 8.000 species. Ciri khas filum ini adalah alat geraknya berupa cilia (rambut getar). Cilia tersebut ada yang terdapat di seluruh tubuh, ada pula yang hanya di bagian tertentu. Selain sebagai alat gerak, cilia pun berguna membantu mengumpulkan makanan. Habitat kelompok ini adalah air tawar dan air laut yang mengandung zat organik tinggi. Makalah ini dibuatuntuk menjelskan lebih lanjut tentang filum ciliophorakhususnya kelas suctoria
B. Rumusan masalah
            Rumusan masalah dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.      Bagaimana ciri-ciri umum dari kelas suctoria?
2.      Di mana habitat kelas suctoria?
3.      Bagaimana bentuk tubuh spesies dari kelas suctoria?
4.      Bagaimana bagian-bagian tubuh dan fungsi masing-masing bagian tersebut pada kelas suctoria?
5.      Bagaimana cara makan dari kelas suctoria?
6.      Bagaimana cara kelas suctoria bereproduksi?
7.      Apa peranan yang merugikan dan menguntungkan dari kelas suctoria?
8.      Apa pembagian sub class, ordo dan spesias dari kelas suctoria?
C. Tujuan Penulisan
            Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk menjelaskan bagaimana ciri-ciri umum dari kelas suctoria?
2.      Untuk menjelaskan di mana habitat kelas suctoria?
3.      Untuk menjelaskan bagaimana bentuk tubuh spesies dari kelas suctoria?
4.      Untuk menjelaskan bagaimana bagian-bagian tubuh dan fungsi masing-masing bagian tersebut pada kelas suctoria?
5.      Untuk menjelaskan bagaimana cara makan dari kelas suctoria?
6.      Untuk menjelaskan bagaimana cara kelas suctoria bereproduksi?
7.      Untuk menjelaskan apa peranan yang merugikan dan menguntungkan dari kelas suctoria?
8.      Untuk menjelaskan apa pembagian sub class, ordo dan spesias dari kelas suctoria?
















BAB II
PEMBAHASAN
A. Ciri-ciri Umum
Kehadiran silia yang menutupi sel dari organisme merupakan ciri khas utama dari kelompok ini, oleh karena itu dinamai phylum Ciliophora. Namun, perbedaan sitologi utama adalah kehadiran dua jenis inti, yaitu mikronukleus dan macronucleus. Radiasi adaptif kelompok ini selama evolusi telah menghasilkan beberapa spesies sangat bagus dan beragam. Beberapa adalah sessile (misalnya Suctorians atau Stentor) dan menangkap makanan dengan tentakel yang menembus sitoplasma dan menarik mangsa, atau dengan kompleks membranelles mendorong air yang membawa partikel aliran air ke dalam rongga vakuola makanan bucal yang terbentuk. Meskipun sebagian besar chiliophora "telanjang", beberapa menghasilkan mineralisasi Lorica (Tintinnids) atau mensekresi skala organik (misalnya Lepidotrachelophyllum). Penyusunan silia pada permukaan tubuh dan di wilayah aparatus oral, kehadiran struktur makanan yang khusus, dan organisasi dari pita subpellicular dari mikrotubulus adalah kriteria penting yang digunakan dalam menciptakan kategori taksonomi (Roger, 1988). Anggota subphylum Ciliophora memiliki silia atau derivat ciliary pada beberapa tahap siklus hidup. Perlengkapan berkisar dari penutup lengkap dari silia sederhana untuk sebuah membranelles yang relatif sedikit lebih atau kurang lengkap terbatas pada daerah peristomial. Dalam rentang ini, tipe spesialisasi ciliary dan pola distribusi menjadi dasar utama untuk membedakan taksonomi subdivisi. Ciliophore ini biasanya dibagi menjadi dua kelas, Ciliatea dan Suctorea. Dalam ciliatea, silia atau komponen derivat mereka terdapat dalam fase siklus dominan. Suctorea tidak bersilia pada fase dewasa dan telah mengembangkan tentakel khusus yang berfungsi dalam mencari makan. Tahapan larva bersilia merupakan karakteristik spesies yang paling menghubungkan kelompok ini dengan Ciliatea dan pola larva ciliary menyiratkan bahwa Suctorea lebih erat terkait dengan Holotrichida daripada ke ciliates yang lebih spesifik (Hall, 1961).
Karakterisasi morfologi Filum Ciliophora yang paling utama, yakni memiliki silia pada beberapa tahap dalam siklus hidupnya. Silia membungkus seluruh tubuh organisme hingga batas area peristomial. Silia terdapat di permukaan sel yang memiliki bentuk menyerupai rambut. Ciliophora memiliki dua jenis nukles, yakni makronukleus dan mikronukleus. Filum ini dibedakan dua kelas, yaitu Ciliatea dan Suctorea. Pada Ciliatea, silia ada pada sebagian besar tahap dari siklus hidup, sedangkan dalam Kelas Suctorea memiliki tahap non-ciliated pada tahap dewasa serta memiliki tentakel khusus yang berfungsi mencari makan. Ciliophora merupakan protozoa kosmopolitan yang ditemukan pada bermacam-macam habitat, khususnya di perairan.
B. Habitat dan Bentuk tubuh suctoria
                  Sebagian suctoria hidup bebas di semua tempat. Misalnya pada permukaan air baik tawar / asin ataupun di dalam air. Suctoria Hidupnya bebas yaitu pada tempat yang sejuk misal Podophyra, pada tempat payau (pertemuan antara sungai dan laut), pada air asin, pada tumbuhan. Hidupnya parasit pada binatang air yang kecil. Suctoria ditemukan dalam jumlah besar bila populasi bakteri dan konsentrasi oksigen terlarut dari proses pengobatan yang tinggi , lingkungan air limbah stabil dan struktur flok dewasa telah berkembang . Suctoria biasanya menunjukkan lingkungan air limbah yang stabil dan biomassa yang sehat . Pertumbuhan terpasang berat pada batang biasanya menunjukkan batang telah sekitar cukup lama dalam sistem , dan hal telah cukup stabil.
Bentuk tubuh pada berbeda pada spesies, seperti spherical, conical, seperti tongkat, silindris, vermiform, atau tidak bercabang. Ciri-ciri jelas dari kelompok yang memilki tentakel dan tidak adanya cilia pada tahap dewasa. Terjadi pengurangan tentakel pada Endosphaera, yang meliputi endoparasit pada ciliata tertentu.
Gambar 2.1. tipe tentakel pada kelas suctoria
Tentakel mungkin terletak pada permukaan atau mereka muncul pada dalam bentuk ikatan atau bentuk cuping atau lengan yang panjang. Dua variasi dapat diketahui, salah satu tipe adalah capitate distally berakhir pada perluasan yang rata atau bulat. tipe lain adalah tipe lilin yang lebih atau kurang dari titik (A,B). Pada beberapa spesies, tentakel mengandung tabung di dalam (gambar C,E), perluasan kedalam endoplasma dari jarak yang dekat. Tentakel melekat pada ciliata yang cocok yang melakukan kontak dengan mereka dan tenaganya cukup untuk menangkap mangsa yan lebih besar dari captor (gambar H,I). Kelumpuhan yang cepat dari organisme yang ditangkap telah diketahui. Secara singkat setelah kontak, protoplasma mangsa mulai mengalir kebawah tentakel ke dasar tabung, dimana vakuola makanan terbentuk. Pellicle mangsa dipecah oleh hisapan lisis alami pada saat kontak dengan tentakel tidak tentu. dicerna dengan cepat. Tokophyra lemnarum, sebagai contoh, pencernaan Euplotes patella sekitar 15 menit. Aliran material ke tentakel selama makan menggunakan hisapan, sumber yang tersisa memunculkan masalah. Mungkin aktivitas signifikan dari vakuola kontraktil meningkat sekitar lima fold pada Tokophrya infusionum untuk organisme yang memulai makan.
Tangkai suctorian, diperlihatkan pada beberapa spesies, tidak selalu kontraktil tidak seharusnya homogen pada struktur. Akhir tangkai mungkin diperluas dengan cangkir kecil yang menjadi dasar dari sisa tubuh, atau pada kasus lain, akhir distal dari tangkai ke dasar tubuh (gambar G). Pada metamorfosis larva ciliata, tangkai muncul dari analog organela ke scopula dari Peritrichida (Gambar 3.51 L).
Beberapa Suctorea yang dilengkapi dengan sekret lorica yang terbuka pada bagian distally, yang meninggalkan akhir apikal dari tubuh (Gambar 3.56 A) atau mungkin dinding tebal yang dekat pada tubuh Squalophrya macrostyla (Gambar 3.53, H, I).
C. Bagian-bagian Tubuh dan Fungsinya
            Pada tubuh suctoria mempunyai tangkai atau kaki untuk melekat pada suatu obyek dan ditutup oleh pelick (pada species yang berbeda). Pada bentuk muda memiliki silia yang berfungsi sebagai alat gerak dan untuk mengumpulkan makanan. Anggota subphylum Ciliophora memiliki silia atau derivat ciliary pada beberapa tahap siklus hidup. Perlengkapan berkisar dari penutup lengkap dari silia sederhana untuk sebuah membranelles yang relatif sedikit lebih atau kurang lengkap terbatas pada daerah peristomial. Suctorea tidak bersilia pada fase dewasa dan telah mengembangkan tentakel khusus yang berfungsi dalam mencari makan.
 kehadiran dua jenis inti, yaitu mikronukleus dan macronucleus. Radiasi adaptif kelompok ini selama evolusi telah menghasilkan beberapa spesies sangat bagus dan beragam. Beberapa adalah sessile (misalnya Suctorians atau Stentor) dan menangkap makanan dengan tentakel yang menembus sitoplasma dan menarik mangsa, atau dengan kompleks membranelles mendorong air yang membawa partikel aliran air ke dalam rongga vakuola makanan bucal yang terbentuk. Meskipun sebagian besar ciliates "telanjang", beberapa menghasilkan mineralisasi Lorica (Tintinnids) atau mensekresi skala organik (misalnya Lepidotrachelophyllum).
                  Bentuk tentakel Seperti mantel yang berbulu dan dikelilingi oleh sinyal yang dapat bergerak. Fungsinya untuk menangkap dan membawa makanan yang berupa ciliata-ciliata kecil. Adapula tentakel yang berbentuk runcing, fungsinya untuk menusuk mangsanya dan membawanya ketempat yang baik. Dengan bantuan orus dan melalui tentakel ini maka mangsa tersebut sampai ke dalam sel-sel tubuh.

D. Cara Makan dan Reproduksi Suctoria
            Radiasi adaptif kelompok ini selama evolusi telah menghasilkan beberapa spesies sangat bagus dan beragam. Beberapa adalah sessile (misalnya Suctorians atau Stentor) dan menangkap makanan dengan tentakel yang menembus sitoplasma dan menarik mangsa, atau dengan kompleks membranelles mendorong air yang membawa partikel aliran air ke dalam rongga vakuola makanan bucal yang terbentuk. Meskipun sebagian besar ciliates "telanjang", beberapa menghasilkan mineralisasi Lorica (Tintinnids) atau mensekresi skala organik (misalnya Lepidotrachelophyllum). Penyusunan silia pada permukaan tubuh dan di wilayah aparatus oral, kehadiran struktur makanan yang khusus, dan organisasi dari pita subpellicular dari mikrotubulus adalah kriteria penting yang digunakan dalam menciptakan kategori taksonomi (Roger, 1988).
Hubungan antara Suctorea ke ciliata ditunjukkan pada siklus hidup pada sebagian spesies. Secara tipical reproduksi melibatkan pertunasan secara internal (Gambar 3.51, N-P) atau eksternal. Walaupun terlihat tidak biasa, kedua pertunasan internal dan eksternal mungkin terjadi pada spesies tunggal, yang diperlihatkan pada Anarma multiruga. Tunas berkembang menjadi larva ciliata (Gambar 3.51, A-K), dalam waktu singkat akan berenang, dan mengalami metamorfosis alami. Setelah tahap larva, Tokophrya lemnarum menjadi terikat (Gambar 3.51, L-M), sebuah tangkai keluar dalam beberapa menit, lengan tentakel tumbuh normal sekitar 15 menit setelah mereka melakukan deteksi pertama, dan bentuk dewasa berkembang secara penuh sekitar satu jam. Kejadian metamorfosis yang cepat dimiliki pada Tokophrya infusionum.
Gambar 3.51 Tipikal reproduksi kelas Suctorea
Penghilangan cilia selama metamorfosis tidak termasuk granula basal mereka, yang dilakukan pada tahap dewasa Podophrya fixa. Pada reproduksi, tunas mendapatkan beberapa granula basal parental, kemudian berlipat dan memberikan kenaikan pada larva cilia. Jika pada kasus ini mungkin dipertimbangkan tentang representatif, adanya kelestarian genetic dari granula basal sepanjang siklus hidup.
Pada siklus hidup Podophrya fixa, pertengahan tahap intervensi antara larva dan dewasa, parasit pada Nassula ornata (Gambar 3.65, F). Hasil dari metamorfosis Sphaerophrya pada tahap mengapung sampai membuat kontak dengan inang ciliata. endhosphaera juga termasuk tipe yang tidak biasa dengan endoparasitik dewasa, dilekatkan pada citoplasma dari inang ciliata. Pada reproduksinya, hasil dari parasit larva ciliata yaitu hasil bebas dari tahap migrasi dan menempel pada inang baru (Gambar 3.53, A-D).
Tambahan pada kejadian umum larva ciliata, transformasi dari dewasa ke tahap migrasi juga mungkin terjadi, pada Podophrya parsitica (Gambar 3.56, D).
Tahap migrasi ini, secara bertahap ditambah oleh perkembangan tangkai, cilia, dan perkembangan tentakel diatas permukaan menjadi tahap Paracineta (Gambar 3.56, G). Tahap ini tidak makan dan nampak pada tahap sementara didahului ekistasis (Gambar 3.56, H).
Konjugasi, dapat dibandingkan pada tipe ciliata, yang dijelaskan pada beberapa jenis, termasuk Acineta, Dendrocometes dan Tokophrya. Perbedaan konjugasi pada Tokophrya lemnarum, pada dua konjugan terpisah pada ciliata. fusi lengkap dan produksi dari sinkronisasi tunggal yang ditunjukkan pada Lernaeophrya capitata. Ekistasis diketahui pada jumlah spesies. Pada Tokophrya lemnarum , ekistasis melibatkan deposisi dari sekresi transparan pada basal pertama, dan yang terakhir adalah akhir apical tubuh. Spesimen awal ekistasis yang menyerupai loricate suctorea. Precistic dengan drawal tentakel yang tidak dapat djelaskan. Sebagai gantinya, struktur yang tersisa pada permukaan apical dan ditelah oleh sekresi material ke bentuk membran kista.
E. Peranan Suctoria dan Pembagiannya
Contoh peranan suctoria yaitu sebagai berikut:
1.    Podophyra, hidup bebas dalam air yang sejuk
2.    Dendrosoma, bercabang-cabang sampai 2,5 mm panjangnya
3.    Sphaerophrya, berbentuk bola, parasit pada Paramaeuom dan Stentor
4.    Trichophrya Micropteri,  hidup pada insang ikan laut
5.    Allantosoma, hidup pada usus besar kuda.
Suctorea, berkaitan dekat dengan gymnostoma Holotrichida kemudian ke ciliata yang lain, tampak memiliki dasar defersivikasi pada evolusinya. Sejak tidak ada dasar logical dalam perbedaan tingkatan, suatu kelompok yang dibagi kedalam nomer famili. Bahkan pengaturan sederhana menjadi lebih berguna jika beberapa famili mendefinisikan secara jelas untuk memperhatikan jenis yang memperlihatkan kombinasi intermediet pada karakteristik. Mungkin dilakukan studi yang intensif pada siklus hidup, dengan komparasi yang rinci dari migrasi larva, yang mungkin menghasilkan informasi yang berguna. Sebagai contoh, hal yang menarik pada larva Podophrya soliformis dan Parapodophrya denticula famili Podophryidae) yang dapat dijelaskan dengan polar circlet dari cilia yang serupa yang dilihat dengan sabuk equatorial dari cilia yang sama pada spesies Tokophrya (famili Acinetidae ); larva Podophrya globulifera, P.fixa dan P. parasitica, dengan baris cilia yang pararel pada panjang poros.
1. Famili acinetidae
famili ini dikarekteristikan oleh tunas endogen dan kepemilikan tentakel , biasanya disusun pada kelompok. Sebuah lorica sering hadir dan tangkai mungkin hadir atau tidak.
2. Famili Dendrosomidae
Famili Dendrocometidae. bentukan tanpa tangkai pada pertunasan endogen. Kepala tentakel didistribusikan ke permukaan atau tempat yang sedikit besar dari tubuh. Badan tanpa tangkai yang memiliki bentuk tidak teratur dan bercabang. dan permukaan basal yang biasanya berada di substratum. Tentakel yang disusun pada cluster. Tipe reproduksi melibatkan tunas endogen, yang tunggal maupun berlipat.
3. Famili Discophryidae
Pertunasan endogen dan karakteristik kepala tentakel, walaupun beberapa spesies demgan tetakel yang tepat yang berperan dalam famili. Sebuah lorica yang berkurang dan sebuah tangkai yang mungkin atau tidak ada. 
4. Famili Ephilotidae
Tangkai pada suctorea laut dengan kepala atau titik tentakel. Pertunasan adalah tipe exogen dan mungkin multiplet. Sebuah lorica mungkin atau tidak mungkin ada.
Gambar 3.55 82




Gambar 3.56
5. Famili Ophryodendridae
Di laut bentukan tentakel dikonsetrasikan pada satu atau lebih gerakan proboscis seperti pemanjangan. Pada penambahan yang tidak wajar pada tipe larva, jadi disebut tunas verniform, yang tidak memilki tentakel atau probocis, yang mungkin dihasilkan oleh pertunasan exogen.

6. Famili Podophryiade
Reproduksi melibatkan pertunasan eksternal atau beberapa kasus “pembelahan” yang memiliki dua organisme sesaudara hampir sama jumlahnya. Sebuah tangkai dan sebuah lorica mungkin hadir atau tidak ada.












BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
       Suctorea tidak bersilia pada fase dewasa dan telah mengembangkan tentakel khusus yang berfungsi dalam mencari makan. Sebagian suctoria hidup bebas di semua tempat. Misalnya pada permukaan air baik tawar / asin ataupun di dalam air. Bentuk tubuh pada berbeda pada spesies, seperti spherical, conical, seperti tongkat, silindris, vermiform, atau tidak bercabang. Pada tubuh suctoria mempunyai tangkai atau kaki untuk melekat pada suatu obyek dan ditutup oleh pelick (pada species yang berbeda). Pada bentuk muda memiliki silia yang berfungsi sebagai alat gerakdan untuk mengumpulkan makanan. Suctoria menangkap makanan dengan tentakel yang menembus sitoplasma dan menarik mangsa, atau dengan kompleks membranelles mendorong air yang membawa partikel aliran air ke dalam rongga vakuola makanan bucal yang terbentuk. Reproduksi terjadi dengan cara pembelahan dan pertunasan. Suctoria dibagi menjadi beberapa famili yaitu: Famili acinetidae, Famili Dendrosomidae, Famili Discophryidae, Famili Ephilotidae, Famili Ophryodendridae, Famili Podophryiade.

B. Saran
            Sebaiknya untuk meningkatkan pemahaman terhadap kelas Suctoria, sebaiknya pembaca membaca lebih banyak lagi referensi lain, guna memperkaya pengetahuan dan memudahkan untuk mengingat materi tersebut.






DAFTAR PUSTAKA

Ehrenberg. 1830. Loxodes, (Online), (http://protist.i.hosei.ac.jp/pdb/images/Cilio-phora/Loxodes/index.html) diakses 29 Oktober 2011
Hall. 1961. Protozoology. Japan: Prentice-Hall, Inc.
Lynn, D.H. and Small, E.B. 1991. Handbook of Protoctista (Philum Ciliophora). Boston: Jones and Bartlett Publishers.
Roger, A.O. 1988. Comparative Protozoology, Ecology, Physiology, and Life History. New York: Sringer- Verlag New York Inc.


            

Minggu, 12 April 2015

Struktur Hewan "Struktur Sistem Pencernaan"

PENDAHULUAN
            Sistem pencernaan manusia adalah proses perubahan atau pemecahan zat makanan dari molekul kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana dengan menggunakan enzim dan organ-organ pencernaan. Sistem pencernaan ini dibedakan menjadi tiga, yaitu :
Pencernaan mekanis yaitu pencernaan makanan secara fisik, mengubah bentuk kasar menjadi halus, seperti mengunyah, menggiling, mengaduk, menekan maupun melumatkan.
Dan Pencernaan kimiawi atau enzimatis yaitu pengubahan zat makanan dengan bantuan enzim pencernaan. Pencernaan biologis Yaitu pencernaan yang memanfaatkan kerjasama yang menguntungkan dengan mikroba. Sedangkan menurut tempat terjadinya, pencernaan dibagi menjadi dua, yaitu : 1.    Pencernaan intrasel, yaitu pencernaan yang terjadi di dalam sel 2.Pencernaan ekstrasel, yaitu pencernaan yang terjadi di luar sel atau melalui saluran pencernaan. Pada sistem pencernaan terdapat saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Untuk membahas tentang organ-organ yang termasuk saluran pencernaan dan penghasil kelenjar pencernaan, maka ditulislah makalah ini.
            Rumus masalah pada penulisan makalah ini yaitu:
Bagaimanakah struktur organ yang termasuk dalam saluran pencernaan ?
Bagaimana struktur organ-organ yang termasuk kelenjar pencernaan?
            Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
Agar mahasiswa lebih mengetahui sruktur-struktur saluran pencernaan.
Agar mahasiswa lebih mengetahui struktur organ yang termasuk kelenjar pencernaan.






PEMBAHASAN
Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar-kelenjar yang pencernaan. Fungsi sistem pencernaan adalah memperoleh zat-zat makanan yang dibutuhkan bagi tubuh.
Struktur Histologi Umum Saluran Pencernaan
Saluran pencernaan umumnya mempunyai sifat struktural tertentu yang terdiri atas 4 lapisan utama yaitu: lapisan mukosa, submukosa, lapisan otot, danlapisan serosa.
1. Lapisan mukosa terdiri atas (1) epitel pembatas; (2) lamina propria yang terdiri dari jaringan penyambung jarang yang kaya akan pembuluh darah kapiler dan limfe dan sel-sel otot polos, kadang-kadang mengandung juga kelenjar-kelenjar dan jaringan limfoid; dan (3) muskularis mukosae.
2. Submukosa terdiri atas jaringan penyambung jarang dengan banyak pembuluh darah dan limfe, pleksus saraf submukosa (juga dinamakan Meissner), dan kelenjar-kelenjar dan/atau jaringan limfoid.
3. Lapisan otot tersusun atas: (1) sel-sel otot polos, berdasarkan susunannya dibedakan menjadi 2 sublapisan menurut arah utama sel-sel otot yaitu sebelah dalam (dekat lumen), umumnya tersusun melingkar (sirkuler); pada sublapisan luar, kebanyakan memanjang (longitudinal). (2) kumpulan saraf yang disebut pleksus mienterik (atau Auerbach), yang terletak antara 2 sublapisan otot. (3) pembuluh darah dan limfe.
4. Serosa merupakan lapisan tipis yang terdiri atas (1) jaringan penyambung jarang, kaya akan pembuluh darah dan jaringan adiposa; dan (2) epitel gepeng selapis (mesotel).
Fungsi utama epitel mukosa saluran pencernaan adalah:
1. Menyelenggarakan sawar (pembatas), bersifat permeabel selektif antara isi saluran dan jaringan tubuh.
2. Mempermudah transpor dan pencernaan makanan
3. Meningkatkan absorpsi hasil-hasil pencernaan (sari-sari makanan). Sel-sel pada lapisan ini selain menghasilkan mukus juga berperan dalam pencernaan atau absorpsi makanan. Nodulus limfatikus yang banyak terdapat pada lamina propria dan lapisan submukosa sebagai sistem pertahanan tubuh atau pelindung dari infeksi mikroorganisme dari invasi virus dan bakteri.
Muskularis mukosae dan lapisan otot untuk pergerakan lapisan mukosa secara independen (otonom) dari pergerakan saluran pencernaan lain, sehingga meningkatkan kontak dengan makanan. Kontraksi lapisan mukosa mendorong (peristaltik) dan mencampur makanan (segmentasi) dalam saluran pencernaan. Pleksus-pleksus saraf mengatur kontraksi muskuler ini, yang membentuk gangglia parasimpatis. Banyaknya jala-jala serabut pre- dan postganglionik sistem saraf otonom dan beberapa serabut-serabut sensoris viseral dalam ganglia ini memungkinkan komunikasi diantara mereka. Kenyataan bahwa saluran pencernaan menerima banyak persyarafan dari sistem saraf otonom memberikan penjelasan anatomik akan besarnya pengaruh gangguan emosi pada saluran pencernaan – suatu fenomena yang penting pada pengobatan psikosomatis.

Rongga mulut (pipi) dibatasi oleh epitel gepeng berlapis tanpa tanduk. Atap mulut tersusun atas palatum keras (durum) dan lunak (molle), keduanya diliputi oleh epitel gepeng berlapis. Uvula palatina merupakan tonjolan konis yang menuju ke bawah dari batas tengah palatum lunak.
Lidah
Lidah merupakan suatu massa otot lurik yang diliputi oleh membran mukosa. Serabut-serabut otot satu sama lain saling bersilangan dalam 3 bidang, berkelompok dalam berkas-berkas, biasanya dipisahkan oleh jaringan penyambung. Pada permukaan bawah lidah, membran mukosanya halus, sedangkan permukaan dorsalnya ireguler, diliputi oleh banyak tonjolan- tonjolan kecil yang dinamakan papilae. Papilae lidah merupakan tonjolan-tonjolan epitel mulut dan lamina propria yang diduga bentuk dan fungsinya berbeda. Terdapat 4 jenis papilae.
1. Papilae filiformis: mepunyai bentuk penonjolan langsing dan konis, sangat banyak, dan terdapat di seluruh permukaan lidah. Epitelnya tidak mengandung puting kecap (reseptor).
2. Papilae fungiformis menyerupai bentuk jamur karena mereka mempunyai tangkai sempit dan permukaan atasnya melebar. Papilae ini, mengandung puting pengecap yang tersebar pada permukaan atas, secara tidak teratur terdapat di sela-sela antara papilae filoformis yang banyak jumlahnya.
3. Papilae foliatae, tersusun sebagai tonjolan-tonjolan yang sangat padat sepanjang pinggir lateral belakang lidah, papila ini mengandung banyak puting kecap.
4. Papilae circumfalatae merupakan papilae yang sangat besar yang permukaannya pipih meluas di atas papilae lain. Papilae circumvalate tersebar pada daerah “V” pada bagian posterior lidah. Banyak kelenjar mukosa dan serosa (von Ebner) mengalirkan isinya ke dalam alur dalam yang mengelilingi pinggir masing-masing papila. Susunan yang menyerupai parit ini memungkinkan aliran cairan yang kontinyu di atas banyak puting kecap yang terdapat sepanjang sisi papila ini. Aliran sekresi ini penting untuk menyingkirkan partikel-partikel dari sekitar puting kecap sehingga mereka dapat menerima dan memproses rangsangan pengencapan yang baru. Selain kelenjar-kelenjar serosa yang berkaitan dengan jenis papila ini, terdapat kelenjar mukosa dan serosa kecil yang tersebar di seluruh dinding rongga mulut lain-epiglotis, pharynx, palatum, dan sebagainya-untuk memberi respon terhadap rangsangan kecap.
Pharynx merupakan peralihan ruang antara rongga mulut dan sistem pernapasan dan pencernaan. Ia membentuk hubungan antara daerah hidung dan larynx. Pharynx dibatasi oleh epitel berlapis gepeng jenis mukosa, kecuali pada daerah-daerah bagian pernapasan yang tidak mengalami abrasi. Pada daerah-daerah yang terakhir ini, epitelnya toraks bertingkat bersilia dan bersel goblet. Pharynx mempunyai tonsila yang merupakan sistem pertahanan tubuh. Mukosa pharynx Pharynx Pharynx merupakan peralihan ruang antara rongga mulut dan sistem pernapasan dan pencernaan. Ia membentuk hubungan antara daerah hidung dan larynx. Pharynx dibatasi oleh epitel berlapis gepeng jenis mukosa, kecuali pada daerah-daerah bagian pernapasan yang tidak mengalami abrasi. Pada daerah-daerah yang terakhir ini, epitelnya toraks bertingkat bersilia dan bersel goblet. Pharynx mempunyai tonsila yang merupakan sistem pertahanan tubuh. Mukosa pharynx juga mempunyai banyak kelenjar kelenjar mukosa kecil dalam lapisan jaringan penyambung padatnya.
Bagian saluran pencernaan ini merupakan tabung otot yang berfungsi menyalurkan makanan dari mulut ke lambung. Oesofagus diselaputi oleh epitelberlapis gepeng tanpa tanduk. Pada lapisan submukosa terdapat kelompokan kelenjar-kelenjar oesofagea yang mensekresikan mukus. Pada bagian ujung distal oesofagus, lapisan otot hanya terdiri sel-sel otot polos, pada bagian tengah, campuran sel-sel otot lurik dan polos, dan pada ujung proksimal, hanya sel-sel otot lurik.
Lambung merupakan segmen saluran pencernaan yang melebar, yang fungsi utamanya adalah menampung makanan yang telah dimakan, mengubahnya menjadi bubur yang liat yang dinamakan kimus (chyme). Permukaan lambung ditandai oleh adanya peninggian atau lipatan yang dinamakan rugae. Invaginasi epitel pembatas lipatan-lipatan tersebut menembus lamina propria, membentuk alur mikroskopik yang dinamakan gastric pits atau foveolae gastricae. Sejumlah kelenjar-kelenjar kecil, yang terletak di dalam lamina propria, bermuara ke dalam dasar gastric pits ini. Epitel pembatas ketiga bagian ini terdiri dari sel-sel toraks yang mensekresi mukus. Lambung secara struktur histologis dapat dibedakan menjadi: kardia, korpus, fundus, dan pylorus.
Daerah Kardiak
Kardia merupakan peralihan antara oesofagus dan lambung. Lamina proprianya mengandung kelenjar-kelenjar kardia turbular simpleks bercabang, bergelung dan sering mempunyai lumen yang besar yang berfungsi mensekresikan mukus. Kelenjar-kelenjar ini strukturnya sama seperti kelenjar kardia bagian terminal oesofagus dan mengandung (dan mungkin sekresi) enzim lisosom.
Korpus dan Fundus
Lamina mukosa tersusun atas 6 jenis sel yaitu: (1) sel-sel mukus istmus, (2) sel-sel parietal (oksintik), (3) sel-sel mukus leher, (4) chief cells (sel zimogenik), (5) sel-sel argentafin, dan (6) sel-sel yang menghasilkan zat seperti glukagon.
1. Sel-sel mukus istmus terdapat dalam bagian atas kelenjar pada daerah peralihan antara leher dan gastric pit. Sel-sel ini mengsekresi mukus netral yang membatasi dan melindungi permukaan lambung dari asam.
2. Sel parietal (oksintik) terutama terdapat pada bagian setengah atas kelenjar dan tersisip antara sel-sel mukus leher. Sel parietal merupakan sel bulat atau piramidal dengan inti sferis di tengah dan sitoplasma yang jelas eosinofilik. Sel-sel parietal menghasilkan asam klorida (HCl) yang terdapat dalam getah lambung. Pada kasus gastritis atrofikans, sel parietal dan chief cells keduanya jumlahnya berkurang, dan getah lambung mempunyai sedikit atau tidak mempunyai aktivitas pepsin. Asam yang disekresi berasal dari klorida-klorida yang terdapat dalam darah di tambah kation (H+) yang berasal dari kerja suatu enzim-anhidrase karbonat. Anhidrase karbonat bekerja pada CO2 untuk menghasilkan asam karbonat, yang berdisosiasi menjadi bikarbonat dan satu H+. Kedua kation dan ion klorida secara aktif ditanspor melalui membran sel sedangkan air akan berdifusi secara pasif mengikuti perbedaan tekanan osmotik.
3. Sel mukus leher terdapat dalam kelompokkan atau sel-sel tunggal antara sel-sel parietal dalam leher kelenjar gastrik. Sekret sel mukus leher adalah mukus asam yang kaya akan glikosaminoglikans.
4. Chief cells (sel zimogenik) mensintesis dan mengeluarkan protein yang mengandung enzim inaktif pepsinogen. Bila granula pepsinogen dikeluarkan ke dalam lingkungan lambung yang asam, enzim diubah menjadi enzim proteolitik yang sangat aktif yang disebut pepsin.
5. Sel-sel argentafin juga dinamakan sel-sel enterokromafin karena afinitasnya terhadap garam kromium serta perak. Sel-sel ini jumlahnya lebih sedikit dan terletak pada dasar kelenjar, terselip antara sel-sel zimogenik. Fungsi mereka sebenarnya masih merupakan spekulasi (belum jelas).
6. Sel-sel endokrin lain yang dapat digolongkan sebagai sel-sel APUD (amine precursor uptake and decarboxyllation) menghasilkan hormon Gastrin.
Pilorus
Pada pilorus terdapat kelenjar bergelung pendek yang mensekresikan enzim lisosim. Diantara sel-sel mukus ke lenjar pilorus terdapat sel-sel gastrin (G) yang berfungsi mengeluarkan hormone gastrin. Gastrin berfungsi merangsang pengeluaran asam lambung oleh kelenjar-kelenjar lambung.
Muskularis mukosae lambung terdiri atas 2 atau 3 lapisan otot yang tegak lurus menembus ke dalam laminan propria. Apabila otot berkontraksi akan mengakibatkan lipatan pada permukaan dalam organ yang selanjutnya akan menekan kelenjar lambung dan mengeluarkan sekretnya.
1. Submukosa terdiri atas jaringan penyambung jarang dan pembuluh-pembuluh darah dan limfe dan diinfiltrasi oleh sel-sel limfoid dan mast cells.
2. Muskularis eksterna terdiri atas serabut-serabut spiral yang terletak dalam 3 arah utama: lapisan eksterna adalah longitudinal, lapisan tengah adalah sirkular, dan lapisan interna adalah miring.
3. Lapisan serosa adalah tipis dan diliputi oleh mesotel.
           
Pergantian (turnover) Mukosa Lambung
Selain untuk mengganti sel-sel epitel yang mengelupas setiap hari, membran mukosa lambung dapat mengalami regenerasi bila cedera. Aktivitas mitosis terutama dilakukan oleh sel-sel leher kelenjar. Kecepatan pembaharuan sel-sel epitel ini sekitar 5 hari. Epitel pembatas lambung hidupnya singkat, dan sel-selnya terus menerus mengelupas dalam lumen. Sel-sel ini dengan lambat berdiferensiasi menjadi sel parietal dan hief cell (sel zimogenik)
Usus halus relatif panjang – kira-kira 6 m – dan ini memungkinkan kontak yang lama antara makanan dan enzim-enzim pencernaan serta antara hasil-hasil pencernaan dan sel-sel absorptif epitel pembatas. Usus halus terdiri atas 3 segmen: duodenum, jejunum, dan ileum. Membran mukosa usus halus menunjukkan sederetan lipatan permanen yang disebut plika sirkularis atau valvula Kerkringi. Pada membran mukosa terdapat lubang kecil yang merupakan muara kelenjar tubulosa simpleks yang dinamakan kelenjar intestinal mempunyai epitel pembatas usus halus dan sel-sel goblet (bagian atas).
Mukosa usus halus dibatasi oleh beberapa jenis sel, yang paling banyak adalah sel epitel toraks (absorptif), sel paneth, dan sel-sel yang mengsekresi polipeptida endokrin.
1. Sel toraks adalah sel-sel absorptif yang ditandai oleh adanya permukaan apikal yang mengalami spesialisasi yang dinamakan ”striated border” yang tersusun atas mikrovili. Mikrovili mempunyai fungsi fisiologis yang penting karena sangat menambah permukaan kontak usus halus dengan makanan. Striated border merupakan tempat aktivitas enzim disakaridase usus halus. Enzim ini terikat pada mikrovili, menghidrolisis disakarida menjadi monosakarida, sehingga mudah diabsorbsi. Di tempat yang sama diduga terdapat enzim dipeptidase yang menghidrolisis dipeptida menjadi unsur-unsur asam aminonya. Fungsi sel toraks usus halus lebih penting adalah mengabsorbsi zat-zat sari-sari yang dihasilkan dari proses pencernaan.
2. Sel-sel goblet terletak terselip diantara sel-sel absorpsi, jumlahnya lebih sedikitdalam duodenum dan bertambah bila mencapai ileum. Sel goblet menghasilkan glikoprotein asam yang fungsi utamanya melindungi dan melumasi mukosa pembatas usus halus.
3. Sel-sel Paneth (makrofag) pada bagian basal kelenjar intestinal merupakan sel  eksokrin serosa yang mensintesis lisosim yang memiliki aktivitas antibakteri dan memegang peranan dalam mengawasi flora usus halus.
4. Sel-sel endokrin saluran pencernaan. Hormon-hormon saluran pencernaan antara lain: sekretin, dan kolesistokinin (CCK). Sekretin berperan sekresi cairan pankreas dan bikarbonat. Kolesistokinin berperan merangsang kontraksi kandung empedu dan sekresi enzim pankreas. Dengan demikian, aktivitas sistem pencernaan diregulasi oleh sistem saraf dan hormon hormon peptida.
Lamina propria sampai serosa
Lamina propria usus halus terdiri atas jaringan penyambung jarang dan pembuluh darah dan limfe, serabut-serabut saraf, dan sel-sel otot polos. Tepat di bawah membrana basalis, terdapat lapisan kontinyu sel-sel limfoid penghasil antibodi dan makrofag, membentuk sawar imunologik pada daerah ini. Lamina propria menembus ke dalam inti vili usus, bersama dengan pembuluh darah dan limfe, saraf, jaringan penyambung, miofibroblas, dan sel-sel otot polos. Bercak
PEYERI (Peyer’s path).
Submukosa pada bagian permulaan duodenum terdapat kelenjar-kelenjar tubulosa bercabang, bergelung yang bernuara ke dalam kelenjar intestinal yang disebut kelenjar duodenum (Brunner), yang berfungsi menghasilkan glikoprotein netral untuk menetralkan HCl lambung, melindungi mukosa duodenum terhadap pengaruh asam getah lambung, dan mengubah isi usus halus ke pH optimal untuk kerja enzim-enzim penkreas. Sel-sel kelenjar Brunner mengandung uragastron yaitu suatu hormon yang menghambat sekresi asam klorida lambung. Disamping kelenjar duodenum, submukosa usus halus sering mengandung nodulus limfatikus. Pengelompokkan nodulus ini membentuk struktur yang dinamakan bercak Peyer.
Pembuluh dan saraf usus halus
Pembuluh darah yang memberi makan usus halus dan berperananmenyingkirkan hasil-hasil pencernaan yang diabsorpsi menembus lapisan otot dan membentuk pleksus yang luas dalam submukosa. Dalam submukosa, cabang-cabangnya meluas ke lapisan otot, lamina propia dan vili. Tiap-tiap vilus menerima, menurut ukurannya, satu cabang atau lebih yang membentuk jala-jala kapiler tepat di bawah epitel. Pada ujung vili, terbentuk satu venula atau lebih dari kapiler-kapiler tersebut dan berjalan dengan arah yang berlawanan mencapai vena pleksus submukosa. Pembuluh-pembuluh ini berjalan ke daerah lamina propria di atas muskularis mukosae, di mana mereka membentuk pleksus. Dari sisni mereka menuju ke submukosa, dimana mereka mengelilingi nodulus limfe.
Usus besar terdiri atas membran mukosa tanpa lipatan kecuali pada bagian  distalnya (rektum) dan tidak terdapat vili usus. Epitel yang membatasi adalah  toraks dan mempunyai daerah kutikula tipis. Fungsi utama usus besar adalah:
1. untuk absorpsi air dan
2. pembentukan massa feses,
3. pemberian mukus dan pelumasan permukaan mukosa, dengan demikian banyak sel goblet.
Lamina propria kaya akan sel-sel limfoid dan nodulus limfatikus. Nodulus  sering menyebar ke dalam dan menginvasi submukosa. Pada bagian bebas kolon,  lapisan serosa ditandai oleh suatu tonjolan pedunkulosa yang terdiri atas jaringan  adiposa – appendices epiploidices (usus buntu).
Pada daerah anus, membran mukosa mempunyai sekelompok lipatan longitudinal, collum rectails Morgagni. Sekitar 2 cm di atas lubang anus mukosa usus diganti oleh epitel berlapis gepeng. Pada daerah ini, lamina propria mengandung pleksus vena-vena besar yang bila melebar berlebihan dan mengalami varikosa mengakibtakan hemoroid.
Sel-sel endokrin saluran pencernaan.
Saluran pencernaan mengandung sel-sel pembentuk polipeptida endokrin (hormon) berikut: sekretin, glukagon, somatostatin, dan peptida menghambat lambung. Kolesistokinin – hormon yang dihasilkan oleh mukosa usus halus dan secara fisiologis penting untuk merangsang kontraksi kandung empedu dan sekresi pankreas. Aktivitas sistem pencernaan diawasi oleh sistem saraf dan diatur oleh sistem hormon-hormon.
9.    Anus/Lubang Pelepasan
Merupakan lubang pada ujung saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan dunia luar (udara luar). Terletak di dasar pelvis. Di anus, terjadi proses perjalanan terakhir dari feces yang telah dibentuk di colon. Proses pengeluaran feces melalui anus disebut defekasi. Dinding anus diperkuat oleh 3 spinter: Bekerja tidak menurut kehendak. Spinter Ani internus Bekerja juga tidak menurut kehendak. Spinter Levator Ani  Bekerja menurut kehendak.àc.    Spinter Ani Eksternus

Disamping kelenjar-kelenjar kecil yang tersebar di seluruh rongga mulut, terdapat 3 pasang kelenjar saliva yang besar; kelenjar parotis, submandibularis (submaxilaris), dan sublingualis. Kelenjar saliva tersusun atas unit-unit morfologik dan fungsional yang dinamakan adenomer. Suatu adenomer memiliki bagian sekretoris yang terdiri atas sel-sel glandularis. Dekat basis sel sekretoris dan duktus interkalaris terdapat sel-sel otot polos yang disebut mioepitel. Kelenjar saliva yang besar tidak semata-mata kelompokan adenomer tetapi mengandung unsur-unsur lain seperti jaringan penyambung, pembuluh darah dan limfe, dan saraf-saraf. Saluran yang terdapat dalam lobulus dinamakan duktus intralobularis-bergabung menjadi duktus ekstralobularis.
Fungsi kelejar saliva adalah membasahi dan melumasi rongga mulut dan isinya, memulai pencernaan makanan, menyelenggarakan eksresi zat-zat tertentu seperti urea dan tiosianat, dan mereabsorpsi natrium dan mengeksresi kalium.
Fungsi utama pankreas adalah menghasilkan enzim-enzim pencernaan yang bekerja dalam usus halus dan mengeksresi hormone insulin dan glukagon ke dalam aliran darah.
Hati menghasilkan empedu suatu cairan penting dalam pencernaan lemak; memegang peranan penting pada metabolisme lipid; karbohidrat, dan protein’ menginaktifkan dan memetabolisme banyak zat-zat tostik dan obat-obatan; dan peranan dalam metabolisme besi dan sintesis protein darah dan faktor-faktor yang dibutuhkan untuk koagulasi darah. Kandung empedu mengabsorpsi air dari empedu dan menyimpan empedu dalam bantuk pekat.
Struktur kelenjar submandibularis (submaxilaris). Pada bagian sekretoris, asini terdiri atas sel-sel piramid rosa dan mukosa dan tubulus-tubulus dari sel-sel mukosa. Pada sel-sel surosa, inti eukromatik dan bulat, dan pada basal sel terdapat penimbunan reticulum endoplasma granular (ergastoplasma). Apkes sel terisi oleh granula sekresi prot ceous. Inti sel-sel mukosa gepeng dengan kromatin yang dapat padat terletak dekat basal sel; mereka tidak mempunyai ergoplasama, dan mempunyai granula-granula sekresi yang nyata. Duktus interkalaris pendek dan dibatasi oleh epitel kubis. Sel ini bercorak terdiri atas sel-sel toraks dengan sifat sel yang mentransfer ion, seperti invaginasi membran basalis dan penimbunan mitokondria. 
1. Kelenjar Parotis
Kelenjar parotis merupakan kelenjar asinosa bercabang, bagian sekretorisnya terdiri atas sel-sel seromukosa. Granula-granula sekresinya kaya akan protein dan memiliki akitivitas amylase.
2. Kelenjar Submandibularis (Submaxilaris)
Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar tubuloasiner bercabang. Bagian sekretorisnya tersusun atas sel-sel mukosa dan seromukosa. Sel-sel seromukosa mengandung granula-granula sekresi protein dengan aktivitas amilotik lemah. Sel-sel pada kelenjar submandibularis dan sublingualis mengandung dan mengsekresi enzim lisosim, yang aktivitas utamanya adalah menghancurkan dinding bakteri.
3. Kelenjar Sublingualis
Kelenjar sublingualis merupakan kelenjar tubulo-asiner bercabang.

Histofisiologi kelenjar saliva
Fungsi saliva adalah membasahi dan melumasi makanan dilakukan oleh air dan glikoprotein. Saliva pada manusia terdiri atas sekresi kelenjar parotis (25%), submandibularis (70%), dan sublingualis (5%). Amilase saliva berperan dalam pencernaan amilum(karbohidrat). Pencernaan ini mulai dalam mulut, tetapi juga berlangsung dalam lambung sebelum getah lambung mengasamkan makanan, dengan demikian sangat mengurangi aktivitas amilase. Sekresi saliva diregulasi oleh sistem saraf simpatis dan parasimpatis, keduanya mempunyai ujung-ujung saraf dalam kelenjar-kelenjar tersebut. Simpatis menghambat parasimpatis memacu.
Pankreas tersusun atas bagian eksokrin dan endokrin. Bagian endokrin terdiri atas pulau Langerhans, dan bagian eksokrin terdiri atas kelenjar asiner, maka disebut bagian asini pankreas. Sel asiner pankreas merupakan sel serosa, dan memilki sifat mensintesis protein. Setelah disintesis dalam bagian basal sel, maka proenzim selajutnya meninggalkan retikulum endoplasma kasar dan masuk apparatus golgi. Bagian eksokrin pankreas manusia mensekresikan:
1. air
2. ion-ion: bikarbonat.
3. enzim: karboksipeptidase, ribonuklease, deoksiribonuklease, lipase, dan amilase.
4. proenzim sebagai berikut: tripsinogen, kimotripsinogen.
Regulasi sekresi asini pankreas diatur oleh 2 hormon – sekretin dan kolesistokinin (dahulu dinamakan pankreoenzim) – yang dihasilkan oleh mukosa duodenum. Perangsangan nervus vagus (saraf parasimpatis) juga akan meningkatkan sekresi pankreas.
1. Sekretin bersifat merangsang sekresi cairan, sedikit protein (enzim) dan kaya akan bikarbonat. Fungsinya terutama mempermudah transport air dan ion. Hasil sekresi ini berperanan untuk menetralkan kimus yang asam (makanan yang baru dicernakan sebagian) sehingga enzim-enzim pancreas dapat dapat berfungsi pada batas pH netral optimalnya.
2. Kolesistokinin (CCK) merangsang sekresi cairan (sedikit), banyak protein dan enzim. Hormon ini bekerja terutama dalam proses pengeluaran granula-granula zimogen. Kerja gabungan ke dua enzim tersebut menghasilkan sekresi getah pankreas yang kaya akan enzim
Hati merupakan organ terbesar dari tubuh, setelah kulit, terletak dalam rongga abdomen di bawah diafragma. Sebagian besarnya darahnya (sekitar 70%) berasal dari vena porta. Melalui vena porta, semua zat yang diabsorpsi melalui usus mencapai hati kecuali asam lemak, yang ditranspor melalui pembuluh limfe.
Lobulus Hati
Hati tersusun atas sel-sel hati yang disebut hepatosit. Sel-sel epitel ini  berkelompok dan saling berhubungan dalam susunan radier (menjari) membentuk suatu bangunan yang disebut lobulus hati. Pada hewan tertentu (misalnya babi), lobulus satu dengan lainnya dipisahkan oleh lapisan jaringan penyambung. Celah portal, terdapat pada sudut-sudut polygon hati (lobulus hati) dan diduduki oleh segitiga portal (trigonum portal). Segitiga porta hati manusia mengandung venula (cabang dari vena portal); dan arteriol (cabang dari arteria hepatica); duktus biliaris(bagian dari sistem saluran empedu) dan pembuuh-pembuluh limfe.Sinusoid kapiler memisahkan sel-sel hati. Sinusoid merupakan pembuluh yang melebar tidak teratur dan hanya terdiri atas satu lapisan sel-sel endotel yang tidak utuh (kontinyu). Sinusoid mempunyai pembatas yang tidak sempurna dan memungkinkan pengaliran makromolekul dengan mudah dari lumen ke sel-sel hati dan sebaliknya. Sinusoid berasal dari pinggir lobulus, diisi oleh venula-venula dalam, cabang-cabang terminal vena porta, dan arteriola hepatica, dan mereka berjalan ke arah pusat, di mana mereka bermuara ke dalam vena centralis. Pada sinusoid juga mengandung sel-sel fagosit yang dikenal sebagai sel Kupffer.

Sistem Pencernaan pada Hewan- Sistem pencernaan pada vertebrata telah berkembang dan terspesialisasi sesuai dengan makanan yang akan dicernanya. Pada sistem pencernaan manusia, makanan yang kaya serat tidak dapat dicerna. Bagaimana sistem pencernaan sapi dan kerbau yang makanan utamanya adalah rumput? Rumput sangat kaya selulosa (serat), bagaimana hewan-hewan tersebut mencernanya? Sekarang, kita akan mempelajari bagaimana sistem pencernaan makanan pada hewan-hewan pemamah biak (ruminansia).
Gigi hewan pemamah biak (ruminansia) memiliki bentuk khusus. Gigi seri (den sinsisivus) dan gigi taringnya (dens caninus) memiliki bentuk spesifik yang digunakan untuk merenggut rumput. Gigi premolar (geraham depan) dan molar (geraham belakang) yang berfungsi menghancurkan makanan pada hewan pemamah biak memiliki lapisan email yang melintang dan tajam. Perhatikan Gambar 2. 1.
Gambar 6.18 Gigi herbivora
Gambar 2.1 Gigi herbivora memiliki gigi premolar dan molar yang sangat kuat
Hewan pemamah biak (ruminansia) memiliki struktur esofagus terspesialisasi menjadi tiga ruangan berbeda, yaitu rumen, retikulum, dan omasum. Setelah omasum terdapat ruangabomasum yang merupakan lambung sesungguhnya. Rumput atau dedaunan yang dimakan dicampur air liur, dikunyah sebentar kemudian ditelan. Setelah melalui esofagus, makanan akan tiba ke bagian lambung yang pertama, yaitu rumen. Rumen adalah tempat simbiosis antara hewan pemamah biak dan jenis-jenis Flagellata (dari jenis Copromonas subtitis) dan bakteri (dari genus Cytophaga dan Bacterium) penghasil enzim selulase yang dapat mengurai selulosa. Pernahkah kalian memperhatikan seekor sapi atau kerbau yang sedang berbaring di bawah pohon sambil mengunyah sesuatu, padahal ia sudah makan sebelumnya? Pada saat itu, makanan yang telah diproses di rumen dikembalikan ke rongga mulut untuk dikunyah kembali. Selanjutnya, ditelan kembali melewati rumen dan retikulum memasuki omasum (Gambar 2.2).
Gambar 6.19 Sapi mengunyah makanan
Gambar 2.2
Sapi mengunyah makanan yang telah dikembalikan dari rumen untuk dikunyah kembali.Di dalam omasum, air diserap. Makanan yang mengandung banyak bakteri simbiosis ini akhirnya melewati omasum menuju abomasum untuk dicerna oleh enzim pencernaan. Karena aktivitas bakteri, nutrien yang diserap oleh hewan pemamah biak lebih kaya dibandingkan rumput yang awalnya mereka makan. Setelah melewati abomasum, dengan gerak peristaltik, makanan menuju usus halus untuk diserap. Sisa makanan yang tidak terpakai akan dikeluarkan menuju anus. Perhatikan Gambar 2.3
Gambar 6.20 Sistem pencernaan pada hewan Ruminansia
Gambar 2.3 Sistem pencernaan pada hewan Ruminansia


            Kesimpulan yang diperoeh dari penulisan makalah ini yaitu:
Saluran pencernaan umumnya mempunyai sifat struktural tertentu yang terdiri atas 4 lapisan utama yaitu: lapisan mukosa, submukosa, lapisan otot, danlapisan serosa. Organ yang termasuk saluran pencernaan yaitu: 1.Rongga mulut, dibatasi oleh epitel gepeng berlapis tanpa tanduk, didalamnya terdapat lidah. Lidah merupakan suatu massa otot lurik yang diliputi oleh membran mukosa. 2. Pharynx merupakan peralihan ruang antara rongga mulut dan sistem pernapasan dan pencernaan. 3.esofagus, bagian saluran pencernaan ini merupakan tabung otot yang berfungsi menyalurkan makanan dari mulut ke lambung. 4. Lambung, merupakan segmen saluran pencernaan yang melebar, yang fungsi utamanya adalah menampung makanan yang telah dimakan, mengubahnya menjadi bubur yang liat yang dinamakan kimus (chyme). 5.usus halus 6.usus besar 7.anus, merupakan lubang pada ujung saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan dunia luar (udara luar).
Kelenjar pencernaan terdiri atas kelenjar saliva, kelenjar pankreas dan hati.

            Sebaiknya pembaca membaca referensi lain untuk melengkapi pengetahuan tentang struktur sistem pencernaan pada hewan, khususnya manusia.











Daftar Pustaka
Junqeira, L.C. & Jose Carneiro (1980). Basic Histology. Lange Medical Publications, California.
Raven, P.H., and Johnson, G.B. (1986). Biology. Times Mirror/ Mosby College Publishing.
www.free.vlsm.org.