Rabu, 08 April 2015

melapangkan "HATI"






aku bingung harus menuliskan kata-kata apa untuk mengisi lembaran putih dihadapanku ini. betapa tidak, aku bukanlah seorang yang pandai merangkai kata untuk menyusun kalimat-kalimat indah nan mengesankan. hanya satu yang ku tau, aku hanya ingin berbagi apa yang ada dipikiran dan perasaanku saat ini. 

ingin rasanya aku memberontak untuk menghilangkan kegundahan ini. yaah, memberontak... namun, kepada siapa aku harus memberontak ? orang lain ? hmm... aku sendiri bingung untuk menjawabnya. kegundahan ini hanya dapat kuhadapi dengan diamku,,, ya, hanya dengan diam, hingga kutemukan jawaban dengan sendirinya. 
dalam diam, beragam peristiwa telah mengisi benak ku saat ini,
ku putar memori kejadian demi kejadian yang telah kualami di hari ini
merekam satu persatu dan mencoba menebak peristiwa apa yang membuat hatiku serasa terusik dari ketenangan yang pernah dirasakannya.
apakah yang membuatku merasakan perasaan aneh ini, mungkin diriku sendirilah yang salah, atau mungkin hatikukah yang sedang sakit ?
dan akhirnya ku merasa, pertanyaan itu sekaligus menjadi jawaban atas apa yang kurasakan saat ini.




seorang bijak pernah berkata, 
ketika terjatuh dalam keadaan nan buruk, seseorang mungkin akan menyalahkan oranglain untuk apa yang sedang dialaminya itu. namun pernahkah ia berpikir, bahwa sebenarnya sumber masalah yang datang menerpanya adalah karena dirinya sendiri. masalah apapun yang datang menyapa, seberat apapun itu, masalah itu tak akan membawa kegundahan yang berarti jika ia berhati luas. 

alkisah, dimana ada seorang pemuda merasa hidupnya sangat berat karena begitu banyak masalah yang datang menghampirinya dan bahkan menurutnya selalu menghuni hidupnya. suatu hari, sang pemuda ini pun bertemu dengan seorang kakek yang mengajarinya tentang satu kunci kebahagiaan. 
sang pemuda terus mengelu akan hidupnya yang penuh dengan masalah. hingga sang kakek merasa prihatin. sang kakek kemudian mengeluarkan sebuah bungkusan yang didalamnya terdapat serbuk hitam. sang kakek mengambil sedikit serbuk hitam tersebut untuk dituangkan ke dalam sebuah wadah kecil dan kemudian menyuruh sang pemuda untuk meminumnya. baru sedikit meminum airnya, sang pemuda kemudian mengeluh karena rasanya sangat pahit. namun, sang kakek tak berkata apa-apa dan berhasil membuat banyak tanda tanya bersarang di kepala sang pemuda. sang kakek terus melanjutkan apa yang ingin dilakukannya dan membuat pemuda itu semakin penasaran. sang kakek kembali menuangkan serbuk hitam dalam kantung yang dipegangnya, namun tidak dalam segelas air, melainkan pada danau yang terletak tidak jauh dari tempatnya berdiri. setelah itu, ia mengambil air tersebut dan kemudian menyuruh sang pemuda untuk meminumnya. awalnya sang pemuda itu merasa enggan, namun ia tetap menuruti perintah sang kakek, dan ternyata air tersebut tidaklah terasa pahit.
masalah yang ada dalam hidup diumpamakan seperti serbuk hitam dalam kisah tersebut, dan wadahnya laksana hati kita. jika hati kita selalalu lapang, maka masalah sepahit apapun tidak akan membuat kita merasa terpuruk.


dan kuputuskan untuk berusaha melapangkan hati untuk setiap masalah yang datang menerpa merangkulku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar