Jumat, 01 April 2016

CERPEN "Senyum mu adalah cahaya bagiku"


Langit biru tersenyum cerah hari ini. Mentari putih pun kini menaungi segala kisah yang terukir dalam lembaran harianmu. Awan di tempat ini menantimu dari kejauhan berharap di sana, di tempat itu kau tersenyum dengan penuh bahagia. Senyum yang mungkin tak bisa terukir karenaku.


Angin berhembus membangkitkan angan. Angan untuk selalu bersamamu, menemani hari mu dan menjadi salah satu sebab kau tersenyum, bukan sebaliknya. Kau adalah secerca cahaya dalam hidupku, kau datang menyapa tanpa ku sadari mengisi kekosongan hatiku. Angin ini, ia membawa rindu yang menggunung, rindu pada senyum mu, rindu pada seribu bahasa yang kau ukir lewat tatapan teduh itu.


Angin juga hadir membuat benak mu melayang dalam harapan. Membuat kau dan aku terbang, beriringan dan saling menggenggam tanpa kata penghubung. Yang aku tahu, kau mengharap senyum terukir dari wajahku dalam diam, kau adalah lampu senterku saat aku sendiri dalam alam sunyi. Kau memberiku banyak alasan untuk tersenyum. Yah, kau seperti itu di mataku. Tingkahmu, candaanmu membuatku lebih mengerti hidup ini. hidup sebenarnya yang sangat berbeda dari apa yang aku jalani. Hidupmu yang mengajarkanku.


Aku tak bisa hentikan hatiku saat kau bersinar di mataku. Kau mengisi malam-malamku dengan mimpi-mimpi yang datang tanpa sengaja ku undang. Namun tiba-tiba saat ini dan detik ini kulihat bentukan bayang yang sangat kukenal jelas datang mengukir di balik cahayamu. Mengikuti setiap langkahku. Kau pun tahu, bayang itu pernah meninggalkanku membuatku menikmati waktu sendiri dalam kekosongan,  ia tak hadir saat gelap datang menyapaku. Akupun tak mengerti, mengapa bayang itu selalu saja hadir saat ada cahaya. Kini cahaya sentermu mulai meredup, tapi bagiku kau menjelma menjadi bintang. Tidak, bahkan kau bukan lagi bintang paling bercahaya, kau adalah bulan. Bulan yang hidup menghiasi langit malam dan awan kelabu dalam kesepian.

Tetapi, kau tak akan pernah menyadarinya. Karena aku hanya sesosok angin dingin yang berhembus menjadi seseorang yang berlalu begitu saja untukmu. Dengan kau sadari saat angin yang ku hembuskan adalah sepatah kata cinta dan ungkapan kasih sayang untukmu dalam hangat. Kau seolah merasa kedinginan. Entah kau yang tak pernah mau menyadari, ataukah aku yang terlalu menutup diri dari cintamu.




Aku tahu, aku tak pantas berharap lebih padamu. Kau adalah sebongkah cahaya yang tak akan mungkin dapat aku capai walau menggunakan tangga terpanjang sekalipun. Aku tak pernah meminta untuk menyayangimu sedalam ini. Tidak, aku tak pernah meminta itu. Tapi aku tak tau dengan hatiku, karena kau selalu saja bersinar di mataku hingga saat ini. aku mungkin bodoh, bodoh karena membiarkan diri berdiri di antara dua jalan dalam waktu yang bersamaaan. Ragaku mungkin ada di antara kedua sisi jalan itu, namun tak bisa ku pungkiri hatiku dan pikiranku hanya mampu menari di sisimu, yah itu yang aku tau. Tapi apakah aku tak bisa dan tak boleh menggapai bahagiaku ? ataukah tuhan menyediakan kebahagiaan lain untuk kita ? kau dan aku tak pernah tau segalanya. Aku yang terlalu bodoh. Air mata adalah satu-satunya cara bagaimana mata berbicara saat bibir tak mampu lagi mengungkapkan apa yang aku rasakan. Untuk saat ini, yang bisa kuharapkan hanyalah senyum mu, yah cukup dengan senyum mu maka semua yang terjadi di antara kita dapat ku simpan dengan rapi dalam kotak putih yang bernama kenangan indah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar