Langit biru tersenyum cerah hari ini. Mentari
putih pun kini menaungi segala kisah yang terukir dalam lembaran harianmu. Awan
di tempat ini menantimu dari kejauhan berharap di sana, di tempat itu kau
tersenyum dengan penuh bahagia. Senyum yang mungkin tak bisa terukir karenaku.
Angin berhembus membangkitkan angan. Angan
untuk selalu bersamamu, menemani hari mu dan menjadi salah satu sebab kau
tersenyum, bukan sebaliknya. Kau adalah secerca cahaya dalam hidupku, kau
datang menyapa tanpa ku sadari mengisi kekosongan hatiku. Angin ini, ia membawa
rindu yang menggunung, rindu pada senyum mu, rindu pada seribu bahasa yang kau
ukir lewat tatapan teduh itu.
Angin juga hadir membuat benak mu
melayang dalam harapan. Membuat kau dan aku terbang, beriringan dan saling
menggenggam tanpa kata penghubung. Yang aku tahu, kau mengharap senyum terukir
dari wajahku dalam diam, kau adalah lampu senterku saat aku sendiri dalam alam
sunyi. Kau memberiku banyak alasan untuk tersenyum. Yah, kau seperti itu di
mataku. Tingkahmu, candaanmu membuatku lebih mengerti hidup ini. hidup
sebenarnya yang sangat berbeda dari apa yang aku jalani. Hidupmu yang
mengajarkanku.
Aku
tak bisa hentikan hatiku saat kau bersinar di mataku. Kau mengisi malam-malamku
dengan mimpi-mimpi yang datang tanpa sengaja ku undang. Namun tiba-tiba saat
ini dan detik ini kulihat bentukan bayang yang sangat kukenal jelas datang
mengukir di balik cahayamu. Mengikuti setiap langkahku. Kau pun tahu, bayang
itu pernah meninggalkanku membuatku menikmati waktu sendiri dalam
kekosongan, ia tak hadir saat gelap
datang menyapaku. Akupun tak mengerti, mengapa bayang itu selalu saja hadir
saat ada cahaya. Kini cahaya sentermu mulai meredup, tapi bagiku kau menjelma
menjadi bintang. Tidak, bahkan kau bukan lagi bintang paling bercahaya, kau
adalah bulan. Bulan yang hidup menghiasi langit malam
dan awan kelabu dalam kesepian.
Tetapi, kau tak akan pernah
menyadarinya. Karena aku hanya sesosok angin dingin yang berhembus menjadi
seseorang yang berlalu begitu saja untukmu. Dengan kau sadari saat angin yang
ku hembuskan adalah sepatah kata cinta dan ungkapan kasih sayang untukmu dalam
hangat. Kau seolah merasa kedinginan. Entah kau yang tak pernah mau menyadari,
ataukah aku yang terlalu menutup diri dari cintamu.
Aku tahu, aku tak pantas berharap lebih
padamu. Kau adalah sebongkah cahaya yang tak akan mungkin dapat aku capai walau
menggunakan tangga terpanjang sekalipun. Aku tak pernah meminta untuk
menyayangimu sedalam ini. Tidak, aku tak pernah meminta itu. Tapi aku tak tau dengan
hatiku, karena kau selalu saja bersinar di mataku hingga saat ini. aku mungkin
bodoh, bodoh karena membiarkan diri berdiri di antara dua jalan dalam waktu
yang bersamaaan. Ragaku mungkin ada di antara kedua sisi jalan itu, namun tak
bisa ku pungkiri hatiku dan pikiranku hanya mampu menari di sisimu, yah itu
yang aku tau. Tapi apakah aku tak bisa dan tak boleh menggapai bahagiaku ?
ataukah tuhan menyediakan kebahagiaan lain untuk kita ? kau dan aku tak pernah
tau segalanya. Aku yang terlalu bodoh. Air mata adalah satu-satunya cara
bagaimana mata berbicara saat bibir tak mampu lagi mengungkapkan apa yang aku
rasakan. Untuk saat ini, yang bisa kuharapkan hanyalah senyum mu, yah cukup
dengan senyum mu maka semua yang terjadi di antara kita dapat ku simpan dengan
rapi dalam kotak putih yang bernama kenangan indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar