Rabu, 17 Februari 2016

GENETIKA "Gen Rangkai Kelamin (Sex Linkage)"

 A. Pengertian Sex Linkage
            Salah satu dari keempat kelompok gen berangkai atau keempat pasang kromosom pada D. melanogaster tersebut, dalam hal ini kromosom nomor 1, disebut sebagai kromosom kelamin. Pemberian nama ini karena strukturnya pada individu jantan dan individu betina memperlihatkan perbedaan sehingga dapat digunakan untuk membedakan jenis kelamin individu. Ternyata banyak sekali spesies organisme lainnya, terutama hewan dan juga manusia, mempunyai kromosom kelamin.
Gen-gen yang terletak pada kromosom kelamin dinamakan gen rangkai kelamin (sex-linked genes) sementara fenomena yang melibatkan pewarisan gen-gen ini disebut peristiwa rangkai kelamin (linkage). Adapun kromosom yang pada individu jantan dan betina sama strukturnya sehingga tidak dapat digunakan untuk membedakan jenis kelamin. Kromosom semacam ini dinamakan autosom.
Seperti halnya gen berangkai (autosomal), gen-gen rangkai kelamin tidak mengalami segregasi dan penggabungan secara acak di dalam gamet-gamet yang terbentuk. Akibatnya, individu-individu yang dihasilkan melalui kombinasi gamet tersebut memperlihatkan nisbah fenotipe dan genotipe yang menyimpang dari hukum Mendel. Selain itu, jika pada percobaan Mendel perkawinan resiprok (genotipe tetua jantan dan betina dipertukarkan) menghasilkan keturunan yang sama, tidak demikian halnya untuk sifat-sifat yang diatur oleh gen rangkai kelamin.
Gen rangkai kelamin dapat dikelompok-kelompokkan berdasarkan atas macam kromosom kelamin tempatnya berada. Oleh karena kromosom kelamin pada umumnya dapat dibedakan menjadi kromosom X dan Y, maka gen rangkai kelamin dapat menjadi gen rangkai X (X-linked genes) dan gen rangkai Y (Y-linked genes). Di samping itu, ada pula beberapa gen yang terletak pada kromosom X tetapi memiliki pasangan pada kromosom Y. Gen semacam ini dinamakan gen rangkai kelamin tak sempurna (incompletely sex-linked genes).
B. Pewarisan Rangkai X
Percobaan yang pertama kali mengungkapkan adanya peristiwa rangkai kelamin dilakukan oleh T.H Morgan pada tahun 1910. Dia menyilangkan lalat D. melanogaster jantan bermata putih dengan betina bermata merah. Lalat bermata merah lazim dianggap sebagai lalat normal atau tipe alami (wild type), sedang gen pengatur tipe alami, misalnya pengatur warna mata merah ini, dapat dilambangkan dengan tanda +.  Biasanya, meskipun tidak selalu, gen tipe alami bersifat dominan terhadap alel mutannya.
Hasil persilangan Morgan tersebut, khususnya pada generasi F1, ternyata berbeda jika tetua jantan yang digunakan adalah tipe alami (bermata merah) dan tetua betinanya bermata putih. Dengan perkataan lain, perkawinan resiprok menghasilkan keturunan yang berbeda. Persilangan resiprok dengan hasil yang berbeda ini memberikan petunjuk bahwa pewarisan warna mata pada Drosophila ada hubungannya dengan jenis kelamin, dan ternyata kemudian memang diketahui bahwa gen yang mengatur warna mata pada Drosophila terletak pada kromosom kelamin, dalam hal ini kromosom X. Oleh karena itu, gen pengatur warna mata ini dikatakan sebagai gen rangkai X.
   
               
Pada Drosophila, dan juga beberapa spesies organisme lainnya, individu betina membawa dua buah kromosom X, yang dengan sendirinya homolog, sehingga gamet-gamet yang dihasilkannya akan mempunyai susunan gen yang sama. Oleh karena itu, individu betina ini dikatakan bersifat homogametik. Sebaliknya, individu jantan yang hanya membawa sebuah kromosom X akan menghasilkan dua macam gamet yang berbeda, yaitu gamet yang membawa kromosom X dan gamet yang membawa kromosom Y. Individu jantan ini dikatakan bersifat heterogametik.
1.      
    Rangkai Kelamin pada Manusia

a. Disebabkan oleh Gen Resesif

1) Buta warna merah-hijau (selanjutnya disebut buta warna)

Penderita tidak  dapat membedakan warna merah (tipe protan) dan hijau (tipe deutan), penyakit ini disebut herediter dan disebabkan oleh gen resesip  c (berasal dari inggris :’’ colorblind”)yang terdapat pada kromosom-X  alelnya dominan c menentukan orang tidak buta warna (normal). Jika orang perempuan normal (homozigotik) kawin dengan seorang laki-laki buta warna,maka semua anaknya akan normal. Ini disebabkan karena ginospermermium yang membawa gen dominan  C sehinggga zigot mempunyai genotip Cc. Berhubung  C dominan terhadap c, maka  individu Cc adalah normal. Keturunan yang menerima kromosom-Y menjadi anak laki-laki.

P :                    XCXC               x                      XcY
                        Normal                                    Buta Warna

F1 :       XCXc   :           100% anak perempuan normal (carier)
            XCY    :           100% anak laki-laki normal

Jika laki-laki normal C- menikah dengan perempuan buta warna cc

P2 :                   XcXc                x                      XCY
                        ButaWarna                              Normal

F2 :       XCXc   =  100% anak perempuan normal (carier)
            XcY     =  100% anak laki-laki buta warna

Disini tampak bahwa sifat ayah ( normal ) diwariskan kepada semua anak perempuan, sedangkan sifat ibu ( buta warna ) hanya diwariskan kepada semua anak laki-laki. Pewarisan sifat ini disebut “ cara mewariskan sifat bersilang “  ( criss cross Inheritance ).Dari kedua contoh diatas dapat dilihat bahwa walaupun anank perempuan itu normal, tetapi mereka itu pembawa  (carrier) gen resesip untuk buta warna. Tetapi jika gadis normal tetapi carier kawin dengan laki-laki buta warna . maka setengah dari anak perempuannya akan buta warna.

P :                    XCXc               x                      XcY
                        Normal                                    Buta Warna
F1 :  XCXc   :           50% anak perempuan normal (carier)
XcXc   :           50% anak perempuan buta warna
XCY    :           50% anak laki-laki buta normal
        XcY     :           50% anak laki-laki buta warna

2) Anodontia
Anodontia adalah kelamin herediter yang menyebabkan orang tidak mempunyai gigi seumur hidup sejak lahir. Kelainan ini ditentukan oleh gen resesip a yang terdapat pada kromossom X, sehingga penderita tidak mempunyai benih gigi dalam tulang rahang. Alel dominan A menentukan orang bergigi normal. Pasangan gen ini diwariskan dari orang tua kepada anak-anaknya seperti halnya buta warna.

3) Hemofilia

Hemofilia ialah suatu penyakit herediter pada manusia pula yang mengakibatkan darah sukar membeku diwaktu terjadi luka. Darah orang normal bila keluar dari luka akan membeku dalam waktu 5-7 menit. Akan tetapi pada orang yang mempunyai keturunan hemofilia, darah akan membeku antara 50 menit sampai 2 jam dan ini menyebabkan orang meninggal dunia karena kehilangan banyak darah.

Penyakit ini mula-mula dikenal di negara-negara arab ketika beberapa anak dalam suatu keluarga atau keluarga lain yang masih mempunyai hubungan keluarga yang dekat, meninggal dunia akibat perdarahan pada waktu sedang dikhitankan. Karena waktu itu orang belum mengetahui sebab-sebabnya, maka kejadian tersebut dianggap sebagai takdir tuhan YME. Rahasianya baru terbuka karena meninggalnya putra mahkota pangeran Alfonso dari spanyol.

Alfonso meninggal akibat suatu luka oleh pecahan kaca mobil pada waktu mobil yang dikendarainya bertabrakan di dekat kota miami, florida, USA. Lukanya sebenarnya tak seberapa, tetapi ia kehabisan darah dan meninggal dunia. Semenjak itulah dilakukan penyelidikan mendalam mengenai penyakit perdarahan ini.  

Dari sejarah dunia diketahui, bahwa di jaman dulu sering terjadi perkawinan antara anggota keluarga dari kerajaan lainnya. Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa tersebar luasnya penyakit hemofilia dikalangan keluarga kerajaan di eropa itu mula-mula berasal dari ratu victoria dari inggris. Ada kemungkinan bahwa penyakit itu berasal dari orang tua ratu atau bahkan sebelumnya. Akan tetapi karena datanya tidak diperoleh, maka dianggap bahwa ratu victoria (1837-1901) merupakan pembawa (carrier) hemofilia dan mewariskan gennya kepada beberapa anaknya.

Oleh karena keluarga ratu inggris saat ini (yaitu ratu elizabeth II) adalah keturunan dari salah seorang anak laki-laki normal (yaitu raja edward VII), maka dapat diharapkan bahwa keluarga kerajaan inggris untuk seterusnya akan terhindar dari penyakit hemofilia yang begitu menggelisahkan.
Dikenal tiga jenis penyakit hemophilia:
a).  Hemophilia yang lazim dikenal, disebut juga Hemophilia  A, penderita tidak memiliki factor pembekuan darah, yang dinamakan FAH (factor anti hemophilia).         
b).  Penyakit Christmas atau Hemofilia B , penderita tidak memiliki factor PTK (plasma tromboplastin komponen). Hemophilia A enam kali lebih sering dijumpai daripada penyakit Christmas.
Penyelidikan membuktikan bahwa kedua penyakit ini ditentukan oleh gen resesif h yang terdapat dalam kromosom X. alelnya domonan H menentukan seseorang memiliki factor anti hemophilia, sehingga darah dapat membeku secara normal bila terjadi luka. Perkawinan antara orang normal homozigotik (NH) dengan laki-laki hemophilia (h_) akan menghasilkan anak normal, baik perempuan maupun laki-laki. Tetapi walaupun anak perempuan itu normal, ia heterozigotik (Hh). Apabila ia kelak kebetulan kawin dengan laki-laki hemophilia, maka separoh dari jumlah anak laki-laki akan normal sedangkan separoh lainnya akan menderita hemophilia. Anak perempuan semuanya normal. Anak perempuan hemophilia boleh dikatakan tidak ada karena dia bersifat letal.

P :        XHXH               x          XhY
            Normal                        hemophilia

F1 :      XHXh   = 100% anak perempuan normal (carier)
            XHY    = 100% nak laki-laki nomal
(perkawinan antara perempuan normal (homozigotik) dengan laki-laki hemophili)

c).  Hemophilia C, hemophilia C tidak disebabkan oleh gen resesif dalam kromosom X, melainkan oleh gen resesif yang jarang dijumpai dan terdapatnya pada autosom. Tidak ada 1% dari kasus hemophilia adalah kasus ini. Penderita tidak mampu membentuk zat plasma tromboplastin anteseden (PTA).

4) Sindrom Lesch-Nyhan
Penyakit ini ditimbulkan oleh adanya pembentukan purin yang berlebihan, terutama pada basa guanine. Penyebabnya penderita tidak mampu membentuk enzim hipoxantin-guanin phosporibosil transferase (HGPRT) yang diikuti bertambah aktifnya enzim serupa ini seperti adenine phoporibosil trsferaase (APRT). Sebagai hasil dari metabolism purin yang abnormal, seperti misalnya kejang otot yang tidak disadari serta menggeliatkan anggota kaki dan jari-jari tangan. Kecuali itu ia juga tunamental, menggigit serta merusak jari-jari tangan dan jaringan bibir dan ia juga menunjukkan tanda-tanda kerusakan pada kerinjal, sukar menelan dan sering muntah-muntah.

5) Hidrosefalia terangkai-X
Suatu penyakit yang ditandai dengan besarnya kepala karena adanya penimbunan cairan cerebrospinal didalam ruang otak. Dengan mengumpulnya cairan cerebrospinal itu terjadilah tekanan yang mengakibatkan gangguan mental, kehilangan kemampuan bergerak dan sering kali penderita cepat meninggal dunia. Penyebabnya adanya gen resesif terangkai X. dalam keadaan normal cairan cerebrospinal berguna untuk menjaga otrak terhadap goncangan. Cairan ini dibentuk didalam empat ruang otak, berputar didalam ruang itu dan mengelilingi otak untuk dihisap dalam aliran darah. Apabila hubungan antara ruang-ruang otak itu terhalang atau sangat sempit maka cairan itu akan terkumpul mempertinggi tekanan didalam ruang otak dan merusak jaringan otak disekelilingnya. Dan tanda pertama dari hidrosefali ialah membesarnya kepala bayi untuk waktu sekitar 6 bulan setelah kelahiran


b. Disebabkan oleh gen dominan
Penderita perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Sifat utama dari penurunan gen dominan  ter- rangkai X yakni laki-laki pembawa gen dominan akan mewariskan gen-gennya kepadsemua anak perempuan dan tidak kepada anak laki-laki. Contohnya penurunan sifat gigi coklat ( Brown teeth )    
Gigi berwarna coklat , mudah rusak karena kekurangan email. Ditentukan oleh gen B dengan alelnya b yang menentukan gigi normal.
B- : bergigi coklat                   Bb : bergigi normal

P :       ♀ bb         x     ♂  B –
    XX                    XY           
Gamet :    b                     B –                          
F1                  XBXb   = ♀ 100% bergigi coklat, seperti ayahnya     
XbYb   = ♂ , bergigi normal, seperti ibunya : 50%
   
    2.      Rangkai X pada kucing

Warna bulu pada kucing ditentukan oleh suatu gen rangkai X. Dalam keadaan heterozigot gen ini menyebabkan warna bulu yang dikenal dengan istilah tortoise shell. Oleh karena genotipe heterozigot untuk gen rangkai X hanya dapat dijumpai pada individu betina, maka kucing berbulu tortoise shell hanya terdapat pada jenis kelamin betina. Sementara itu, individu homozigot dominan (betina) dan hemizigot dominan (jantan) mempunyai bulu berwarna hitam. Individu homozigot resesif (betina) dan hemizigot resesif (jantan) akan berbulu kuning.
Istilah hemizigot digunakan untuk menyebutkan genotipe individu dengan sebuah kromosom X. Individu dengan gen dominan yang terdapat pada satu-satunya kromosom X dikatakan hemizigot dominan. Sebaliknya, jika gen tersebut resesif, individu yang memilikinya disebut hemizigot resesif.
    
    3.      Rangkai Z pada ayam
Pada dasarnya pola pewarisan sifat rangkai Z sama dengan pewarisan sifat rangkai X. Hanya saja, kalau pada rangkai X individu homogametik berjenis kelamin pria/jantan sementara individu heterogametik berjenis kelamin wanita/betina, pada rangkai Z justru terjadi sebaliknya. Individu homogametik (ZZ) adalah jantan, sedang individu heterogametik (ZW) adalah betina.
Contoh gen rangkai Z yang lazim dikemukakan adalah gen resesif br yang menyebabkan pemerataan pigmentasi bulu secara normal pada ayam. Alelnya, Br, menyebabkan bulu ayam menjadi burik. Jadi, pada kasus ini alel resesif justru dianggap sebagai tipe alami atau normal (dilambangkan dengan +), sedang alel dominannya merupakan alel mutan.


C. Pewarisan Rangkai Y
Pada umumnya kromosom Y hanya sedikit sekali mengandung gen yang aktif. Jumlah yang sangat sedikit ini mungkin disebabkan oleh sulitnya menemukan alel mutan bagi gen rangkai Y yang dapat menghasilkan fenotipe abnormal. Biasanya suatu gen/alel dapat dideteksi keberadaannya apabila fenotipe yang dihasilkannya adalah abnormal. Oleh karena fenotipe abnormal yang disebabkan oleh gen rangkai Y jumlahnya sangat sedikit, maka gen rangkai Y diduga merupakan gen yang sangat stabil.

Gen rangkai Y jelas tidak mungkin diekspresikan pada individu betina/wanita sehingga gen ini disebut juga gen holandrik. Contoh gen holandrik pada manusia adalah Hg dengan alelnya hg yang menyebabkan bulu kasar dan panjang, Ht dengan alelnya ht yang menyebabkan pertumbuhan bulu panjang di sekitar telinga, dan Wt dengan alelnya wt yang menyebabkan abnormalitas kulit pada jari. Contoh penyakit yang disebabkan oleh gen terpaut kromosomY adalah Webbed Toes

Dalam bahasa Indonesia, webbed berarti berselaput sedangkan toes berarti jari kaki. Jadi dapat diartikan bahwa webbed toes adalah jari kaki berselaput. Dalam bahasa kedokteran disebut sindaktili yang juga berarti selaput. Webbed toes adalah suatu penyakit pada jari kaki manusia yaitu adanya selaput seperti selaput renang pada bebek atau katak. Dalam dunia kedokteran dan berdasarkan penelitian yang sudah ada, penyakit ini disebut sebagai sebuah kelainan namun tidak membahayakan. Faktor penyebab yang menimbulkan penyakit ini adalah kelainan yang terpaut pada kromosom Y dalam diri manusia, jadi penyakit ini merupakan penyakit turunan. Karena penyakit ini terpaut kromosom Y, maka penderitanya adalah kaum laki-laki. Pria yang terkena penyakit ini akan mewariskannya kepada anak lelakinya kelak. Penyakit ini tidak bisa dicegah, namun dapat diatasi dengan cara operasi agar selaput tersebut dihilangkan dan jari-jari kaki tidak menempel dan berpisah seperti jari kaki manusia pada umumnya. Namun karena penyakit ini tidak berbahaya dan tidak mengganggu, biasanya penderita tidak melakukan operasi dan membiarkan saja. Lagipula, tidak menutup kemungkinan bahwa setelah operasi, selaput tersebut dapat tumbuh kembali.

D. Pewarisan Rangkai Kelamin Tak Sempurna
Meskipun dari uraian di atas secara tersirat dapat ditafsirkan bahwa kromosom X tidak homolog dengan kromosom Y, ternyata ada bagian atau segmen tertentu pada kedua kromosom tersebut yang homolog satu sama lain. Dengan perkataan lain, ada beberapa gen pada kromosom X yang mempunyai alel pada kromosom Y. Pewarisan sifat yang diatur oleh gen semacam ini dapat dikatakan tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin, dan berlangsung seperti halnya pewarisan gen autosomal. Oleh karena itu, gen-gen pada segmen kromosom X dan Y yang homolog ini disebut juga gen rangkai kelamin tak sempurna.
Pada D. melanogaster terdapat gen rangkai kelamin tak sempurna yang menyebabkan pertumbuhan bulu pendek.


                                                                        
 Perkawinan resiprok untuk gen rangkai kelamin tak sempurna akan memberikan hasil yang sama seperti halnya hasil yang diperoleh dari perkawinan resiprok untuk gen-gen autosomal. Jadi, pewarisan gen rangkai kelamin tak sempurna mempunyai pola seperti pewarisan gen autosomal.

Hormon dan Diferensiasi Kelamin

Dari penjelasan mengenai berbagai sistem penentuan jenis kelamin organisme diketahui bahwa faktor genetis memegang peranan utama dalam ekspresi sifat kelamin primer. Selanjutnya, sistem hormon akan mengatur kondisi fisiologi dalam tubuh individu sehingga mempengaruhi perkembangan sifat kelamin sekunder.
Pada hewan tingkat tinggi dan manusia hormon kelamin disintesis oleh ovarium, testes, dan kelenjar adrenalin. Ovarium dan testes masing-masing mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai penghasil sel kelamin (gamet) dan sebagai penghasil hormon kelamin. Sementara itu, kelenjar adrenalin menghasilkan steroid yang secara kimia berhubungan erat dengan gonad.

Gen terpengaruh kelamin
Gen terpengaruh kelamin (sex influenced genes) ialah gen yang memperlihatkan perbedaan ekspresi antara individu jantan dan betina akibat pengaruh hormon kelamin. Sebagai contoh, gen autosomal H yang mengatur pembentukan tanduk pada domba akan bersifat dominan pada individu jantan tetapi resesif pada individu betina. Sebaliknya, alelnya h, bersifat dominan pada domba betina tetapi resesif pada domba jantan. Oleh karena itu, untuk dapat bertanduk domba betina harus mempunyai dua gen H (homozigot) sementara domba jantan cukup dengan satu gen H (heterozigot).
Tabel 2.1. Ekspresi gen terpengaruh kelamin pada domba
Genotipe
Domba jantan
Domba betina
HH
bertanduk
bertanduk
Hh
bertanduk
tidak bertanduk
hh
tidak bertanduk
tidak bertanduk
Contoh lain gen terpengaruh kelamin adalah gen autosomal B yang mengatur kebotakan pada manusia. Gen B dominan pada pria tetapi resesif pada wanita. Sebaliknya, gen b dominan pada wanita tetapi resesif pada pria. Akibatnya, pria heterozigot akan mengalami kebotakan, sedang wanita heterozigot akan normal. Untuk dapat mengalami kebotakan seorang wanita harus mempunyai gen B dalam keadaan homozigot.
Panjang Jari Telunjuk terhadap jari manis. Apabila kita meletakkan tangan kita pada suatu alas dimana terdapat sebuah garis mendatar demikian rupa sehingga ujung jari manis menyentuh garis tersebut, maka dapat kita ketahui, apakah jari telunjuk kita akan lebih panjang ataukah lebih pendek dari jari manis. Jari telunjuk pendek disebabkan oleh gen yang dominan pada orang laki-laki, tetapi resesif pada orang perempuan.
   Tabel Ekspresi gen terpengaruh kelamin pada jari manis dan telunjuk

Genotip
Laki-Laki
Perempuan
TT
Telunjuk Pendek
Telunjuk Pendek
Tt
Telunjuk Pendek
Telunjuk Panjang
Tt
Telunjuk Panjang
Telunjuk Panjang

Gen terbatasi kelamin
Selain mempengaruhi perbedaan ekspresi gen di antara jenis kelamin, hormon kelamin juga dapat membatasi ekspresi gen pada salah satu jenis kelamin. Gen yang hanya dapat diekspresikan pada salah satu jenis kelamin dinamakan gen terbatasi kelamin (sex limited genes). Contoh gen semacam ini adalah gen yang mengatur produksi susu pada sapi perah, yang dengan sendirinya hanya dapat diekspresikan pada individu betina. Namun, individu jantan dengan genotipe tertentu sebenarnya juga mempunyai potensi untuk menghasilkan keturunan dengan produksi susu yang tinggi sehingga keberadaannya sangat diperlukan dalam upaya pemuliaan ternak tersebut.

            Pada laki-laki dikenal tanda-tanda keamin sekunder, seperti kumis, janggut, suara basar, walaupunbanyak juga laki-laki yang tidak berkumis, tak berjanggut dan memiliki suara kecil. Pada perempuan, tanda itu berupa tumbuhnya payudara. Tanda kelamin sekunder itu dipengaruhi oleh hormon kelamin. Kegiatan hormon seperti ini dipengaruhi oleh gen-gen yang ekspresinya terbatas pada salah satu jenis kelamin saja (sex limited genes), walapun gen-gen tersebut terdapat pada kedua jenis kelamin. Ada beberapa sifat keturunan yang dipengaruhi oleh gen-gen semacam ini, misalnya warna kupu semanggi. Kupu jantan selalu berwarna kuning, teapi yang betina dapat kunin dan putih. Warna putih dominan, tetapi hanya terlihat pada kupu betina.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar